Breaking News

Mau Gabung ke Startup? Pikir Dulu 7 Resiko Berikut!

Pada suatu event seseorang bertanya kepada mahasiswa tingkat akhir, pertanyaannya menggelitik.. siapa yang mau bekerja di startup? hampir semua mengangkat tangan. sebagian besar menginginkan bekerja di startup yang dikenal dengan unicorn. yang tidak mengangkat tangan ketika ditanya lebih memilih bergabung di BUMN atau PNS Struktural demi meneruskan hasrat orang tua atau keamanan finansial yang terjamin. Kehidupan di start-up dengan perusahaan besar memang berbeda. Jika belum mengetahui perbedaannya silahkan membaca sekilas mengenai perbedaan keduanya.
Pada kesempatan kali ini kita akan bahas secara mendalam tujuh hal yang patut kamu pertimbangkan sebelum bergabung dengan Start-up. Tujuh hal ini dikemas berdasar pengalaman dan pengetahuan yang penulis ketahui tidak disusun secara sistematik dan metode penelitian tertentu.

#1 Business Model yang berubah jadi bersiaplah berpindah posisi dan keahlian

Start-up selalu mengganti model bisnisnya dari tahun ke-tahun. Bagi mereka peluang adalah kecepatan aksi dan kemampuan adaptif tim. jadi kalau kamu bergabung di start-up jangan pakai drama kalau kamu berganti posisi, role, tanggung jawab, sampai hal yang harus kamu pelajari.

#2 Gaji cepat naik dan bisa juga turun

Bagi start-up yang belum stabil maka kenaikan gaji akan sangat signifikan pada saat start-up menghasilkan laba yang besar. Dalam satu bulan misalnya penghasilan seorang pegawai start-up bisa naik 5-25%. Bandingkan dengan kajian PP 30 tahun 2015 ke PP tahun 2019 yang kenaikannya pertiga tahun dengan kenaikan beberapa ratus ribu saja. 


#3 Perkembangan Karir yang bukan untuk pemalas

Pada start-up karir berkembang seiring dengan prestasi kamu, selama start-up tersebut dilaksanakan dengan pola start-up maka jarang sekali ada nuansa urut kacang, nepotisme, dan gaji buta. Bagi pemalas di start-up maka dengan mudah digantikan dengan yang lebih muda, lebih rajin, dan tidak banyak drama. Bagi yang rajin bersiaplah menjadi bagian dari pemilik atau penanggung jawab yang lebih besar

#4 Target Tak tercapai jangan Baper

Pada start-up setiap quarter atau tahun terdapat target. Tidak mencapai target maka lupakan kesuksesan diri dan jangan baper jika tidak dapat bonus. Bekerja di start-up kadang melelahkan juga apalagi dorongan dari investor yang sudah menggelontorkan dananya agar produk semakin baik dan banyak dipakai di pasar. Jadi kalau kamu masih Baper lebih baik pilih karir jangan bekerja di start-up

#5 Jam kerja bebas kapanpun siap diganggu

Jam kerja start-up bebas, tidak harus jam 7 pagi absen sidik jari dan pulang jam 4 sore. Tetapi kebebasan tersebut harus ditebus dengan disiplin diri dalam memenuhi target. Banyak yang berpikir kalau kerja di start-up itu gaji besar, masuk bebas, dan cuti tak terbatas. Itu bisa jadi benar, kalau kerjamu sesuai harapan dan ekspektasi kalau belum sesuai ekspektasi ya jangan harap bisa libur tenang di weekend atau malam hari

#6 Inisiatif dan Kreativitas

Tidak bisa bekerja di start-up tanpa ada aspek kreatif dalam melawan rutinitas. Kreativitas adalah alasan kenapa Anda diterima di start-up. Pekerjaan yang dibagi menjadi proyek-proyek tersebut terkadang tidak bisa diselesaikan dengan hanya asa; jadi dan dapat bonus. Keseriusan dan proses yang runtun menjadikan bekerja di start-up butuh disiplin bukan hanya nama besar.

#7 Penyamaan Kultur

Tahukah Anda kalau di startup itu ada satu hal yang membuatnya menjadi besar? ya namanya penyamaan kultur. Setiap startup yang lahir bisa jadi besar karena pada saat dibangun oleh beberapa orang punya kultur yang sama. Bahkan bukan rahasia kalau HR pada saat merekrut seseorang ke start-up juga 'menganalisis' kesesuaian pribadi dengan kultur start-up. Jadi kalau kamu tidak kompatibel dengan kultur startup siap-siap bermetamorfosis atau berpindah haluan. 

ada pengalaman lain? di startup? share yuk

Tidak ada komentar