Lupakan Investor jika produkmu masih...
Siang itu Bejo berada dalam sebuah ruangan yang dingin. Sebuah ruangan itu masih sepi tetapi Bejo sudah datang. Bagi Bejo, hari ini adalah hari penting. Hari ini penting karena hari inilah dia mempresentasikan hasil yang dikerjakan selama dua bulan sebuah produk perangkat lunak yang biayanya didanai investor. Bagi para investor uang berkisar puluhan juta itu mungkin kecil, tetapi bagi Bejo ia adalah secercah napas bagi teman-temannya untuk dapat menghirup bau masakan dalam dinginnya pagi dan kepulan asap dapur di tiap siap anggota timnya.
Siang itu bukan hanya Bejo, lima orang yang bernasib sama dengan Bejo juga hadir. Mereka hadir dengan solusi yang beragam mulai dari jualan telor dengan teknologi, perencanaan marketing digital berdasar dasbor media sosial, hingga tentu saja fintech yang tak kalah heboh.
Bejo sendiri membuat aplikasi web untuk membantu lulusan memperoleh kerja dengan cara terlibat dalam belajar dan bersosial. Satu demi satu mempresentasikan diri hingga tiba si Bejo presentasi. Bejo tidak gugup dengan presentasinya, tetapi yang membuat gugup adalah produk yang dia pegang masih saja belum setengah matang. Walaupun, secara ide brilian, secara teknis canggih, secara kerja sudah kerja keras.. tetapi masih saja Bejo merasa ada gap yang terlampau jauh untuk ditunjukkan. Bejopun tidak ingin menyalahkan teman-temannya, karena timnya pasti sudah bekerja keras. lain halnya kalau timnya pemalas dan hanya berharap uang investasi itu diperoleh dengan konsep hadir seadanya pulang secepatnya. Tapi teman-temannya sudah banyak berkorban. Bahkan h-1 sebelum acara, bugs demi bugs dihadapi. Proses testing yang berjalan juga seadanya karena sudah mepet semuanya. Alhasil dalam kondisi kurang tidur Bejo pun menghadapi para investor. Bejo maju puklu 13.00 tidak ada masalah baik presentasi, demonstrasi, ataupun tanya jawab. Tapi Bejo sadar bahwa presentasi dia gagal. Bahwa apa yang dilakukan oleh tim juga belum berhasil. Tidak ada exicitement dari pihak investor, hanya tepuk tangan formalitas berakhirnya presentasi Bejo. Tidak ada yang bertanya, bahkan sedikit yang menatap pada saat demonstrasi. Bejo pun mulai menyesal bukan karena produknya tetapi karena malu kepada hasilnya dibanding dengan hasil lainnya. Sehingga Bejo belajar setidaknya lima hal yakni:
Bejo sendiri membuat aplikasi web untuk membantu lulusan memperoleh kerja dengan cara terlibat dalam belajar dan bersosial. Satu demi satu mempresentasikan diri hingga tiba si Bejo presentasi. Bejo tidak gugup dengan presentasinya, tetapi yang membuat gugup adalah produk yang dia pegang masih saja belum setengah matang. Walaupun, secara ide brilian, secara teknis canggih, secara kerja sudah kerja keras.. tetapi masih saja Bejo merasa ada gap yang terlampau jauh untuk ditunjukkan. Bejopun tidak ingin menyalahkan teman-temannya, karena timnya pasti sudah bekerja keras. lain halnya kalau timnya pemalas dan hanya berharap uang investasi itu diperoleh dengan konsep hadir seadanya pulang secepatnya. Tapi teman-temannya sudah banyak berkorban. Bahkan h-1 sebelum acara, bugs demi bugs dihadapi. Proses testing yang berjalan juga seadanya karena sudah mepet semuanya. Alhasil dalam kondisi kurang tidur Bejo pun menghadapi para investor. Bejo maju puklu 13.00 tidak ada masalah baik presentasi, demonstrasi, ataupun tanya jawab. Tapi Bejo sadar bahwa presentasi dia gagal. Bahwa apa yang dilakukan oleh tim juga belum berhasil. Tidak ada exicitement dari pihak investor, hanya tepuk tangan formalitas berakhirnya presentasi Bejo. Tidak ada yang bertanya, bahkan sedikit yang menatap pada saat demonstrasi. Bejo pun mulai menyesal bukan karena produknya tetapi karena malu kepada hasilnya dibanding dengan hasil lainnya. Sehingga Bejo belajar setidaknya lima hal yakni:
- Selalu melihat keluar, terkadang ide kita brilian di dalam baik di dalam tetapi begitu diluar dengan anggaran sama, orang yang lebih muda, dan mungkin tidak seahli kita mengeksekusinya dengan baik.
- Tidak fokus. mungkin kita terlalu banyak bermain, banyak pekerjaan berbeda, bekerja sekenanya, datang sekenanya, mengejar deadline sekenanya, hingga hasilnyapun sekenanya. Ketika orang bisa melakukan hasil yang lebih baik dengan waktu yang sama, kita kemana saja?
- Disiplin dan tegas dengan waktu. Terbiasa memberikan pembiaran terhadap kualitas capaian dalam kerangka waktu akan menjadi problem di kemudian hari. Semisal hari ini deadline modul X, tetapi begitu akan diuji modul X tidak berjalan dengan baik. Alhasil X diundur, hingga esok dan begitu pula domino modul yang lain. Sah-sah saja kalau itu adalah proyek dengan kehendak pelanggan. Tetapi kalau itu proyek pengembangan produk rasanya patut disayangkan
- Detail pada hal kecil. Walaupun sudah ada user interface designer atau apapun itu belum tentu produk kita terbebas dari hal-hal kecil seperti mana yang wajib dan mana yang tidak, pin berapa digit, keterangan isian dimana. Aplikasi tanpa visual aids menjadi hal yang membuat aplikasi tampak biasa.
- Fitur Kecil saja tetapi konten menarik. Tidak semua fitur bisa didemonstrasikan karena keterbatasan waktu. Karena keterbatasan waktu itu maka lebih baik menunjukkan fitur bercerita yang sudah siap pakai. Demonstrasi fiturpun dipilih yang menarik. Ironi kalau fiturnya yang ditunjukkan hanya create akun, dsb. Skip saja demo itu dan fokus ke pengalaman inti dari aplikasi.
Bejopun mulai mundur setelah dia belajar, mundur untuk kembali belajar membangun secara lebih baik membuat produk yang lebih baik, sebelum mengecewakan investor untuk kedua kalinya.
Bagaimana pengalamanmu sobat? apakah punya pengalaman lebih Bejo dari Bejo... share di bagian komentar ya.
Tidak ada komentar